Pemikiran Paulus Tentang Dosa dan Taurat

Pemikiran Paulus Tentang Dosa Dan Taurat

''Paulus'' Herman Ridderbos

A.     DOSA SEBAGAI MODUS EKSISTENSI

1.      Dunia masa kini. Aeon, Kosmos
Kejatuhan manusia dan dunia ke dalam dosa menyebabkan harus adanya penebusan di dalam Kristus. Untuk membahas doktrin tetang dosa, maka kita tidak boleh melihat dari perseorangan saja melainkan dari sudut pandang keseluruhan dan sejarah-penebusan. Kata dunia yang di pakai Paulus dalam dua bentuk yaitu Kosmos/ruang dan Aeon/waktu). Dunia ‘Aeon’ yang di pakai Paulus berbicara tentang kuasa jahat, kemalangan, dan segala sesuatu yang mengerikan (Gal 1:4) atau kuasa kegelapan yang berlawanan dengan Kerajaan Kristus (Kol 1:13 ; Ef 2:2). Namun segala sesuatu yang ada di bumi dan di sorga ciptaan Kristus, dan segala kuasa tunduk kepadanya sebab Allah telah di lucuti dan di perdamaikan di dalam Dia (Kol 1:16 ;; Rm 8:3).

Berbicara Kosmos, Paulus secara umum memakai sebagai tempat tinggal manusia, namun Paulus juga memberikan pemahaman bahwa kosmos adalah dunia terbalik, memberontak dan melawan Allah ( Rm 3:16, 19; 2Kor 14:19) umat manusia yang memberontak akan dihakimi. Dunia  kosmos dan aeon Paulus memandang sebagai kontek-hidup yang berlawanan dengan Allah. Berada dalam dunia berarti menjadi orang berdosa, berbagian dalan dosa, dan menerima hukuman dosa. Namun dunia telah di salibkan dan mereka tidak lagi hidup di dunia (Kol 2:20) dan mereka tidak boleh sama dengan Aeon (Rm 12:2) karna mereka telah di tebus dalam Kristus (Kol 2:13).
2.      Universalitas Dosa Daging, Adam.

Dosa bersifat Universal yang menjangkau semua orang baik orang yahudi dan non yahudi (Rm 3:9), dan dosa bukan bersifat pribadi melainkan kuasa dosa itu sendiri (Gal 3:22). Kata yang sering di pakai Paulus untuk menunjukkan ke universalan dosa adalah daging 9Sarx) yang dimana Paulus memberikan pengertian bahwa Daing menunjukkan kelemahan, kerapuhan, dan kebergantungan kepada Allah. Daging juga menurujuk kepada manusia dalam dosa dan kehanjuran.

Kita dapat melihat dalam pembahasan Kristus-Adam (Roma 5:12-21) dalam pasal ini berbicara tentang bagaimana dosa itu masuk melalui Adam dan menjalar kepada semua manusia, serta hukuman yang di peroleh Adam juga di peroleh semua orang. Dosa sangat bersifat Universal, memang dosa Adam tidak di perhitungkan karna belum ada hukum Taurat namun ketika hukum taurat ada dosa Adam di perberat. Penanggungan dosa bersifat pribadi dan orang itu akan bertanggung jawab dengan Allah (Rm 14:12), dan setiap orang akan memikul tanggungannya (Gal 5:6).

3.      Esensi Dosa ‘’Antropoogis atau Theologis’’

Banyak para theolog berpendapat tentang pengaruh yang di peroleh Paulus tentang dosa, Bultman berpendapat bahwa Paulus memaki pendekatan antropologis, ia berpendapat bahwa dosa sebagai daging, ia menyamakan daging dengan keterbatasan manusia, seolah-olah dalam keterbatasan inilah titik temu bagi dosa.  Padahal Paulus menyebut dosa sebagai berpaling melawan Allah. Karena itu dosa bukan hidup menurut daging tetapi hidup dalam daging (Rm 8:5, 7:5, 8:8, 9). Dalam antropologi kata yang cocok adalah ‘ciptaan baru’’ kata ini menunjukkan manusia dalam kefanaan dimana Roh tidak fana atau kekal.

Pandangan Theologis (Roma 8:6) Yang membuat manusia jatuh kedalam dosa adalah ketika mereka memberontak kepada Allah. Dalam theologis dosa tidak bersifat sub spicie hominis, tetapi hal antropologis (kematian) bersifat sub specie Dei.

Manusia merupakan ciptaan Allah yang dimana manusia memiliki tanggungjawab kepada sang pencipta yaitu melakukan segala kehendaknya jika kehendak Allah tidak dilaksanakan maka manuia itu jatuh kedalam dosa. Jadi antropologis di dsarkan pada pernyataan theologis ‘’ Allah adalah pencipta manusia, dan ia berkehendak untuk menjadi Tuhan atas manusia.

Esensi dosa dapat kita pahami dimana Allah menempatkan manusia sebagai ciptaan dan dimana ia diberi prospek untuk hidup bagi Allah. Oleh karena itu esensi dosa adalah pemberontakan kepada Allah. Tuhan menetapkan hukum untuk relasinya dengan manusia yang sering kali Paulus pakai yaitu perjanjian lama yang dimana Paulus menyoroti Israel dengan Hukum Tauratnya, namun Paulus juga membahas non Yahudi yang dimana hukum itu tertulis didalam hati setiap orang non yahudi yang mengajarkan mereka untuk melakukan kehendak Allah maka dari itu manusia tidak dapat berdalih lagi kepada Allah. Dosa tidak diperhitungan jika tidak ada Hukum (Rm 5:13) kekuatannya berasal hukum. Dosa begitu fatal karena melanggar hukum (1 Kor 15:56).

B.     AKIBAT DOSA

1.      Murka Allah
Dosa mendatangkan Murka Allah, di satu pihak konsep ini mendatagkan hukuman Allah dan disatu pihak dosa ini menggambarkan pribadi Allah. Hukuman Allah akibat dari dosa yang mendatangkan penderitaan dan kesesakan. Murka Allah juga diarahkan oelh keadilan dan kekudusannya. Datangnya murka Allah mendatangkan sanksi dalam pelanggaran hukum kudus Allah (Gal 3:10) Hukuman Allah berbicara tentang eskatologis suatu yang akan datang dan berbicara tentang saat ini, yang dimana hal ini sedang berlangsung dan di lihat semua orang, dengan penyerahan orang-orang fasik kepada rupa-rupa dosa. Murka Allah tidak pernah berlawanan dengan kasih dan kehendaknya untuk mendamaikan, dan rujukan kepada murka Allah selalu bermaksud menyingkakan anugrah dan kasih Allah di dalam Kristus kepada manusia.

Secara theologis Murka Allah dinyatakan dalam rusaknya relasi antara Allah dengan manusia, dimana manusia menjadi mush Allah. Secara Antropologis keterasingan dari Allah berarti rusaknya dan bahkan hancurnya eksistensi manusia.

Ada dua hal yang tentang krusakan akibat dosa yaitu kematian berbicara tentang terpisah dari kehidupan sejati bagi Allah (Rm 6:23) dan perbudakan dosa berada dalam tawanan dosa dan menjadi pelayan dosa (Rm 7;14) singkatnya penghukuman atas dosa merampas kebebasan dan kemanusiaan sejati: kita tidak menjadikan Allah tetapi dosa, sebagai tuan (Rm 6:11).

2.      Kerusakan Manusia
Universalnya dosa mencakup segala hal dalam hidup manusia baik hal yang batiniah dan lahiriah, kita tidak melihat mana yang lebih dulu memulai dosa melainkan efek dosa yang terjadi bagi batiniah dan lahiriah, itulah hidup manusia yang merupakan kesatuan yang tidak dapat di pisahkan. Perumusan ‘’manusia batiniah dan jasmaniah’’ hanya boleh di lihat sebagai pembedaan yang bersifat umum atau kasar.

a.       Tubuh (Soma)
Tubuh di satu pihak berbicara tentang apa yang llihat kasat mata yang memiliki anggota-angota tubuh. Dalam pengertian ini tubuh kerap di sinonimkan dengan daging, meski daging terkadang hanya menunjuk aspek badaniah manusia yang bersifat materi (Rm 2:28). Dalam arti yang sangat jauh tubuh merupakan manusia itu sendiri  (Rm 12:1), namun dalam kesepadanan antara tubuh dan daging kita jangan melupakan bahwa daging menunjukkan kelemahan manusia dan keberdosaan manusia, dan tubuh merupaka wujud yangs esuai dengan apa yang Tuhan kehendaki sebab Paulus berkata akan ada kebangkitan tubuh bukan berarti tubuh kita tidak binasa, kita tidak tahu apakah ini tubuh rohaniah sangat sulit di jelaskan (1Kor 15), karna itu tubuh bisa menunjukkan eksistensi yang bersifat masa depan atau sorgawi. Tubuh juga menjadi bahan untuk pertanggungjawaban manusia terhadap Allah ( Rm 12:1 ; 2 Kor 5:10), maka dari itu manusia jangan meyerahkan tubuhnya kepada dosa sebab Tubuh merupakan manusia itu sendiri.

b.       Nous (akal budi, manusia batiniah)
Nous yang di pandang Paulus memiliki arti yang luas yaitu sesuatu yang menunjukkan organ, kemungkinan, yang didalamnya manusia disebut sebagai makhluk yang berpikir dan bertanggung jawab oleh pewahyuan Allah (Rm 12:2), di lain pihak Nous juga medeskripsikan apa yang paling menentukan pemikiran dan tindakan manusia (1 Kor 1:10 ; Kol 2:18).

c.       Hati (Kardia)
Hati merupakan tempat dimana Allah menyatakan diri kepada hati manusia sebagai pusat keberadaan-Nya, maka hati menjadi subjek jawaban baik itu hal yang positif dan negative: yang lalu di selidiki, dibuktikan dan dinyatakan oleh Allah (Rm 8:27). Hati merupakan pusat yang mengatur manusia dan dari sana dia menunjukkan kemanusiaannya yangs sejati baik dalam penerimaan wahyu Allah dan dalam tanggung jawabnya atas pikiran, kehendak dan tindakannya (Rm 1:24, 6:7, 10:10, Ef 6:6).

d.       Jiwa dan Roh
Tidak ada perbedaan dalam jiwa dan roh karena Paulus membahas manusia batiniah dengan memkai lebih dari satu cara. Jiwa memang kehidupan yang tunduk  pada kematian dan kerusakan sebab kata itu sinonim dengan darah dan daging, dan juga sama dengan arti Roh atau pneuma yang dipakai yaitu merujuk kepada manusia dalam eksistensi natural (2 Kor 2:13).

Dosa yang bekerja dalam diri manusia menunjukan degradasi moral, kerusakan hati dan nous mempengaruhi aspek lahiriah dan menghasilkan kehidupan yang memalukan dan layak dicela di hadapan Allah dan manusia. Nous yang rusak jauh dari persekutuan dengan Allah yang mengakibatkan perbudakan. Perbudakan dosa tidak hanya di akibatkan oleh rusaknya manusia batiniah sehingga berakibat pada tubuh (anggota tubuh); tetapi juga sebaliknya  dosa mencengkram tubuh dari luar lalu menundukkan segala aspek manusia menjadi budaknya (nous) (Rm 6:6). Manusia selalu ingin melakukan yang baik namun kuasa dosa menawannya maka ia melakukan hal yang jahat, tubuh yang ingin melakukan hal yang berlawanan dengan nous yang dikuasai dosa, maka aka nada ketidakharmonsan antara tubuh dan nous.

3.      Roma 7 Dalam ‘’Antropologi’’ Paulus

Roma 7 merupakan titik kulminasi, karena menunjukkan bahwa kerusakan akibat dosa dalam keradikalannya tidak hanya dapat ditemukan di dalam orang kafir yang buta dan telah diserahkan pada berbagai-bagai kecemaran, tetapi juga di dalam diri mereka yang hidup dalam kekuatan hukum, yang mencari ideal dan kekuatan moralnya di dalam hukum, tetapi yang tetap harus berada di bawah kesadaran bahwa mereka terjual di bawah kuasa dosa dan harus berseru ‘’ Aku manusia celaka! Siapakah yang akan menyelamatkan aku?

C.     Dosa dan Hukum Taurat

1.      Antitesis dengan Yudaisme

Dalam pemikiran Paulus mau menunjukkan bahwa dalam kematian manusia akibat dosa, taurat tidak dapat memawarkan keringanan dan pertolongan apap pun, tetapi justru membuat manusia yang seharusnya melalui taurat selamat, semakin tenggelam dalam rawa dosa dan kerusakan akibat dosa. Namun hal ini sangat beretetangan dengan Yudaisme, Taurat adalah penangkal penting bagi ancaman dan kuasa dosa. Taurat adalah sarana penting untuk menundukkan dorongan berbuat jahat, dan untuk memimpin kebaikan beroleh kemenangan dan bahkan ‘’substansi hidup sejati’’.

Tentu Paulus menolak akan pengertian yang diatas, bukan berarti Paulus menolak Taurat namun tidak ada seorangpun yang dapat melakukannya jika ada maka ia akan memperoleh hidup (Rm 10:5; Gal 3:12). Paulus sama sekali tidak bermaksud mengurangi natur ilahi dari Taurat atau menganggap iman meletakkan dia di atas Taurat yaitu kematian  dan kebangkitan Kristus tidak hanya menyatakan jalan keselamatan  yang lebih baik, yang menempatkan jalan keselamatan lama di bawah bayang-bayang dan tak diperlukan lagi , tetapi juga menyatakan ketidakcukupan absolut dari taurat sebagai saran keselamatan.

2.      Tidak ada kebenaran melalui Taurat ‘’Kemegahan’’ dan ‘’Skandalon’’

Orang Yahudi selalu berpegang kepada Taurat dan selalu dipegang teguh sebab Taurat adalah sarana untuk bisa dibenarkan oleh perbuatan, dan senjata untuk melawan kuasa dosa, hal inilah yang menyebabkan perbedaan pandangan Paulus bahkan Paulus menegur keras (Rm 12:1-3, 20) memiliki hukum atau sunat tidak ada gunanya. Jika dengan menjalankan segala peraturan yang ditetapkan Taurat menunjukkan artio orang Yahudi, Paulus melakukan pertobatan kepala Allah dan penyunatan hati m,enurut Roh lawan dari Taurat (Rm 2:4, 29). Paulus bukan berarti menentang Turat dan perjanjian Lama namun, keyakinan Paulus bahwa taurat tidak menjadi sara kehidupan melainkan Kristus (Filipi 3:4). Paulus melihat bahwa Israel menyita Taurat, bersandar padanya dan bukan pada Allah, dan dengan jasa yang dikhayalkan, mereka meletakkan Allah di bawah kewajiban kepada Taurat (Rm 9:11, 30:10:3; 10:16-21) inilah yang membuat orang Israel dapat dicela. Yang membuat salah adalah ketika segala Taurat tidak dilakukan berdasarkan iman kepada Allah melainkan perbuatan maka hal ini tidak akan menyampaikan mereka pada Taurat. Paulus sangat menentang kemegahan yang dimiliki bangsa Israel memang mereka adalah umat pilihan Allah yang memperoleh pembenaran, namun ketika kemegahan itu dilaksanakan yaitu taurat maka bukan Tuhan yang dipuji melainkan perbuatan manusia dan mendirikan diri mereka sendiri ( Ef 2:9 Fil 3:3, Rm 10:3) dan tidak bersandar kepada anugrah Allah. Kemegahan ini bukan hanya dilakukan orang Yahudi namun juga orang Yunani yang memegahkan hikmat merek (1 Kor 1:19-31) dan orang Kristen juga harus diperingatkan dalam hal natural manusia.

Kemegahan manusia bukan bersandarkan dnegan apa yang ia perbuat melainkan apa yang Allah perbuat yaitu bermegah dihapan Tuhan dan bermegah dalam salib Tuhan Yesus (Gal 6:14; 1 Kor 1;31)

Skandalon ‘’batu sandungan’’ yang menunjukkan kesia-siaan usaha manusia yang mau berdiri di hadapan Allah berdasarkan kebenaran sendiri. Ketika orang Yahudi tersandung karena mereka tidak mau membuang kebenaran mereka dan percaya kepada Yesus sebab kebenaran hukum Taurat tidak memadai inilah yang membuat mereka tidak sampai kepada Allah (Rm 11:7).

3.      Hukum Taurat tidak berdaya karena daging. Perbudakan Hukum Taurat

Dalam Teologi Paulus kita dapat menemukan bahwa Hukum Taurta tidak hanya tidak dapat membenarkan manusia di hadapan Allah, namun juga Hukum Taurat tidak dapat mengalahkan kuasa dosa dan menaklukkan daging sehingga dosa tetap berkuasa dalam tubuh fana (Rm 6:12).

Hukum Taurat itu merangsang seseorang untuk melakukan dosa, bukan berarti Hukum Taurat itu dosa, melainkan ketidaksanggupan manusia dalam melaksanakan Tuaratlah yang mneyebabkan dosa memanfaat Taurat untuk memperbudak manusia di dalam dosa. Hukum Taurta itu suci dan kudus sebab datangnya dari Allah tetapi manusia yang berdosa dan yang tidak melangksanakannya mengakibat ia terpenjara dalam dosa. Dosa memanipulasi pola pikir manusia, tipu daya dosa mendesak manusia untuk membersihkan, membenarkan diri, dan berpikir bahwa ia terlalu baik bagi anugrah Allah, tetapi itu semua hanya khayalan yang membuat mereka terus menerus melakukan dosa.

Taurat bukan tandingan dosa, Taurat menjadi sarana untuk membawa mereka yang telah ditundukkan oleh dosa ke dalam gengaman dosa seperti seorang tahanan, daan Tauratlah yang menjadi penjara dan sipirnya. Taurat menjadi penuntun untuk kedatangan Kristus, sekarang kristus telah datang dan menebus, membebaskan manusia dari belenggu dosa. Maka manusia tidak perlu lagi hidup dalam Taurat (Rm 7:14; 8:2; Gal 4:5).

4.      Taurat Sebagai Pendisiplinan Menuju Kristus.

Setelah kita telah mendapatkan pengertian dan penjelasan tentang taurta, pasti kita berpikir untuk apa taurat diberikan? Dan apakah taurat masih bergua sampai sekarang? Kita dapat mengerti bahwa taurat diberikan untuk menghalangi manusia mencapai keselamatan dan membenarkan melalui perbuatannya. Dalam Galatia kita dapat melihat bahwa Abraham memperoleh janji berdasarkan iman percaya kepada Allah bukan berdasarkan Taurta. Namun bangsa Israel lebuh dominan kepada taurat dari pada Iman yang telah di laksanakan Abraham.  Taurat tidak dapat mengimbangi janji yang telah Allah berikan kepada Abraham. Peranyaannya mengapa taurat ditambahkan? Taurat ditambahkan karena ‘’pelangaran-pelanggaran’’ maksudnya bukan hanya membuat dosa terbukti tetapi juga menghasilkan dosa dan menambah jumlahnya.

            Melalui ini kita dapat melihat bahwa taurat memiliki fungsi negative dan positif satu menimbulkan dosa dan mematikan dan dalam sisi positif sekalipun taurat mematikan namun ia tidak berada di luar kendali Tuhan. Dalam fungsinya taurat tunduk kepada maksud keselamatan Allah bahkan taurat di pakai oleh Allah sendiri. Yaitu Tuhan menolong manusia dengan menyatakan kebenarannya melalui Kristus (Rm 11:32 ; Gal 3:22-24).

Jadi fungsi taurat yang mematikan dan memperbudak ini memiliki arti penting positif dalam pengaturan keselamatan ilahi karena dnegan cara ini Allah membuka jalan bagi janji, iman dan Kristus. Dalam pengertian ini, Taurat adalah pendisiplinan yang menunjuk kepada Kristus.

5.      Paulus, Yudaisme, dan Perjanjian Lama
Dalam perjalanan orang Israel Taurat menjadi penuntun bagi mereka dan membuat mereka menjadi memiiki hak special. Namun apakah pandangan Paulus ini bertentang dengan pandangan musa (Ul 9:4; 30:2)?.

         i.            Bagi Paulus kedatang Kristus melengkapi Taurat, sebab seluruh kitab Taurat dan para Nabi. Sebab kita dapat melihat bahwa Abraham dienarkan karena iman bukan taurat, jadi jantung dan isi Kitab suci bukanah pembenaran oleh taurat, tetapi pembenaran oleh iman, dan hal ini juga dinyatakan oleh otoritas taurat itu sendiri.

       ii.            Yang dibatalkan Kristus bukan Taurat dalam pengertian luas, tetapi taurat dengan segala perintah dan ketentuannya (Ef 2:15). Orang Israel salah mengartikan taurat, mereka mengejar kebenaran melalui perbuatan (Rm 9:32) dan menegakkan kebenaran mereka snediri.

      iii.            Dalam Yudaisme taurat mejadi jalan untuk pembenaran, dengan melakukan dengan perbuatan bukan iman. Tetapi kristus telah melengkapi taurat dan setiap orang percaya telah matu bagi taurat di dalam Kristus dan melalui tubuhnya. Ini dapat kita mengerti bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus tidak hidup bagi Taurat melainkan Kristus dan setiap orang yang percaya menjadi Mmlik Allah dan hidup untuk Dia (Rm 10:4; Ef 2:15; Gal 2:18).

     iv.            Paulus tidak pernah bertentang dengan Musa. Ketika Musa berkata bahwa orang yang melakukannya akan hidup karenanya (Gal 3:12), maksudnya adalah hidup dalam taurat harus melakukan tuntutan taurat, namun apakah ada yang bisa. Tidak ada!

       v.            Paulus tidak pernah berat sebelah, dalam hal ini Paulus mengakui hak istimewa bangsa Israel namun ketika itu menjadi kemegahan untuk memperoleh kebenaran dari Allah berdsarkan perbuatan. Dengan ini ia menjelaskan bahwa Taurat mematikan bagi bangsa Israel, dan dalam keseluruhan pengaturan Allah akan umat-Nya Taurat menggenapi fungsi meningkatkan dosa dan pendisiplinan yang mengarha kepada Kristus.  Paulus sampai kepada kebnaran Allah oleh Imna, di luar ketaatan kepada Taurat (Rm 1:17, 3:21)

0 Response to "Pemikiran Paulus Tentang Dosa dan Taurat"

Posting Komentar