TAFSIR ROMA 11 '' Pemilihan Allah''






PENDAHULUAN

Pasal 9 – 11 dalam surat Roma ini memiliki kesinambungan dalam pesan yang hendak disampaikan Paulus yaitu mengenai  bangsa Israel yang merupakan umat Allah tetapi justru menolak Allah, namun sekalipun begitu Allah masih tetap menunjukkan kasih-Nya dengan selalu memberikan kesempatan bagi umat-Nya untuk bertobat. Dapat dituliskan dengan pembahasan sebagai berikut :
1. Pasal 9, menuliskan mengenai Israel adalah umat pilihan Allah
2. Pasal 10, menuliskan bagaimana umat Israel yang telah dipilih Allah itu justru menolak percaya kepada Allah
3. Pasal 11, menuliskan bagaimana Allah akhirnya menyelamatkan umat Israel.
Karena itu ketiga pasal ini menjadi sangat terkait satu dengan yang lain sehingga dalam menafsirkannya atau menjelaskannya kita tidak dapat memisahkan pasal yang hendak ditafsirkan dengan pasal sebelumnya atau sesudahnya.
Dan berikut kelompok kami akan menafsirkan surat Roma pasal yang ke-11.

SURAT ROMA PASAL 11
AYAT 1-10
OBSERVASI
Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat di Roma untuk menyampaikan juga tentang kemurahan Allah yang tidak pernah menolak umat-Nya, dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai saksi dan bukti akan kemurahan Allah tersebut. Dimana Kristus telah menangkap Paulus menjadi umat-Nya bahkan dipanggil menjadi hamba-Nya sebagai rasul Yesus Kristus ( pasal 1:1) sekalipun dengan latar belakang kehidupan yang berbanding terbalik dengan Injil menjadi seorang pemberita Injil Yesus Kristus.

Paulus juga mengambil contoh tentang doa nabi Elia kepada Allah mengenai keluhannya yang tinggal seorang diri sebagai nabi di Israel karena semua nabi di Israel telah di bunuh oleh Izebel ( 1 Raja-raja 18:4 ), tetapi lagi-lagi Paulus mengingatkan kepada penerima suratnya ini bahwa Allah juga tidak membiarkan nabi Elia sendirian dengan tetap membiarkan tujuh ribu orang Israel yang setia menyembah Allah tetap hidup dan terpelihara.

Dari bukti dan saksi yang ada Paulus menyampaikan kepada jemaat di Roma bahwa bukan hanya dulu Allah memelihara umat-Nya untuk tetap hidup, tetapi juga saat surat ini diterima oleh jemaat di Roma Paulus ingin memberikan keyakinan kepada jemaat bahwa umat Allah akan tetap mendapat pemeliharaan Allah oleh karena kasih karunia bukan karena kekuatan mereka. Jadi Allah memberikan kasih karunianya kepada orang-orang yang dipilih-Nya.

TAFSIR
Ayat 1-2
Pada ayat 1 Paulus melontarkan pertanyaan kepada jemaat di Roma tentang adakah kemungkinan Allah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak!
Hal ini disampaikan oleh Paulus untuk menegaskan bahwa Allah tidak pernah “menolak “ umat-Nya yang taat dan tidak membantah kepada-Nya, tetapi sayangnya justru orang Israel sendirilah yang menolak Allah ( bnd. Pasal 10:21 ). Dalam bahasa Yunani disebut ἀπώσατο (aposato)” yang berarti “mendepak” yaitu bahwa seseorang yang tadinya ada di dalam lalu dikeluarkan dengan cara yang tidak baik. Paulus berani menyampaikan bahwa Allah tidak akan pernah menolak umat-Nya bukan tanpa dasar yang kuat, karena Paulus sendirilah saksinya bahkan yang telah menerima kemurahan Allah secara langsung, dimana Kristus sama sekali tidak menolaknya tetapi menerima Paulus bahkan memanggilnya sebagai hamba dan rasul Yesus Kristus dengan latar belakang kehidupannya yang jauh dari kebenaran Kristus.

Dan untuk pertanyaan itu, Paulus dengan tegas menjawabnya “sekali-kali tidak”  ( 11:1 ), yang memberikan arti bahwa Allah masih memiliki kemurahan bagi umat-Nya sehingga tidak mungkin Allah menolak atau mendepak umat-Nya karena Dia yang telah memilih mereka (ayat 2). Jadi umat itu tidak akan ditolak oleh Allah karena mereka adalah umat pilihan Tuhan ( baca Rom. 8:29 ). Kata “dipilih” dalam bahasa Yunania “προέγνω “ yang artinya “ know beforehand” jadi orang-orang yang dipilih Allah bukanlah orang-orang biasa tetapi orang-orang yang telah dikenal oleh Allah sebelumnya atau sudah dipilih dari sejak sebelumnya, orang-orang itulah yang tidak ditolak oleh Allah atau yang akhirnya akan menerima keselamatan Allah dalam Yesus Kristus (baca Rom.9:4 & 6).

Tetapi orang-orang yang dipilih ini juga berbicara tentang mereka yang tetap taat dan percaya kepada Allah ( perhatikan pada ayat 2-4, dimana Paulus memberikan contoh tentang Elia dan 7.000 orang yang diselamatkan Allah karena mereka tetap taat dan setia kepada Allah dengan tidak menyembah kepada para baal ).

Ayat 3-4
Ayat ini dijadikan Paulus sebagai bukti lain selain dirinya pada ayat 1 diatas, bahwa Allah tidak pernah bermaksud menolak umat-Nya atau meninggalkan umat-Nya yang sudah dipilih-Nya itu. Yaitu nabi Elia yang setia kepada Allah tidak dibiarkan sendiri karena memang pada saat ini Izebel istri raja Ahab ( 1 Raja-raja 16:31 ) telah membunuh semua nabi di Israel  sehingga hanya nabi Elia yang masih hidup sehingga nabi Elia merasa sendirian oleh karena itulah dia berseru kepada Allah ( 1 Raja-raja 19:10&14). Dan Allah menjawab doanya bahwa masih ada ditinggalkan Allah sebanyak tujuh ribu orang Israel yang tidak pernah menyembah baal untuk menguatkan hati nabi Elia bahwa dia tidak sendirian ( 1 Raja-raja 19:18 ).

Ayat 5-6
Menyambung ayat 4 dimana Allah meninggalkan atau dapat dikatakan menyisakan umat Israel yang setia menyembah Allah, maka pada ayat ini diuraikan kembali mengenai sisa Israel tersebut. Pada ayat 5 dituliskan “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia “.  Kalimat ini untuk memberitahukan kepada jemaat di Roma bahwa saat ini pun tetap ada orang-orang yang setia dan menyembah kepada Allah sama seperti saat Allah menyisakan tujuh ribu orang yang setia dan menyembah Allah pada masa Elia. Dan orang-orang yang sisa ini “ dipilih menurut kasih karunia”. Paulus menuliskan kalimat ini di dalam suratnya supaya pembaca suratnya mengetahui bahwa umat yang masih ada dan hidup yang percaya kepada Allah itu hanya karena kasih karunia. Dan disambung pada ayat 6 dituliskan perlawanan kata antara kasih karunia dengan perbuatan, untuk mengingatkan dan menyadarkan kepada umat yang sisa bahwa kalau mereka tetap setia kepada Allah itu bukan karena perbuatan mereka tetapi karena kasih karunia Allah sehingga mereka dapat tetap setia dan menyembah Allah.

Ayat 7
Paulus kembali mengajukan pertanyaan di dalam pasal ini “Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya“. Kata “jadi bagaimana” merupakan satu kesimpulan akhir dari semua yang telah di paparkan pada ayat-ayat sebelumnya ( ayat 1-6).

Dituliskan bahwa ada umat Israel yang mencari kebenaran tetapi tidak menemukannya tetapi ada juga umat Israel yang masuk kedalam orang-orang yang dipilih dan yang menemukan kebenaran itu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua umat Israel termasuk ke dalam pilihan Allah yang menerima kebenaran itu ( baca Rom. 10:16-21) sehingga pada saat mereka mencari kebenaran tetapi tidak mau menerimanya maka mereka tidak akan dapat menemukannya. Tetapi sebaliknya orang Israel yang memang dipilih Allah secara otomatis mereka telah menerima apa yang mereka kejar yaitu kasih karunia Allah.

Ayat 8-10
Ayat ini menutup perikop pertama dalam Roma pasal 11,  ayat 8 ini menjawab kalimat sebelumnya mengenai “orang lain yang tegar hatinya”. Dituliskan bahwa “Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini”, dengan arti lain bahwa mereka yang tegar hatinya adalah oleh karena Allah yang membuatnya, sama seperti yang ditulis dalam pasal 1:24,26 & 28 bahwa “Allah menyerahkan mereka kepada dosanya” karena umat-Nya lebih condong kepada dosa. Dan pada ayat 9-10 rasul Paulus menegaskan kembali mengenai bagaimana orang-orang yang tidak taat akan mengalami hukumannya.

MAKNA TEKS
Rasul Paulus ingin menyampaikan kepada jemaat di Roma bahwa Allah tidak pernah menolak umat-Nya yang telah dipilih-Nya dari sejak semula di dalam kasih karunia-Nya, tetapi bagi siapa saja yang tidak mau mendengar kebenaran maka Allah sendiri juga yang dapat mengeraskan hari mereka supaya mereka selamanya tidak melihat kebenaran.

APPLIKASI
Kita harus sadar bahwa saat kita menjadi umat Allah itu semata-mata karena kasih karunia Tuhan bukan karena kekuatan kita. Karena itu kita dapat menjadi orang-orang yang dipilih oleh Allah di dalam kebenaran-Nya.

AYAT 11-24
OBSERVASI
Rasul Paulus dalam perikop ini menuliskan bagaimana manusia atau umat Allah yaitu Israel sekalipun mereka adalah pilihan Allah tetap dapat kehilangan keselamatannya apabila mereka tidak tetap menjaga keselamatannya itu. Dan tempat kosong yang mereka tinggalkan akan diisi oleh manusia yang sebenarnya bukan umat pilihan Allah atau bukan termsasuk bangsa Israel tetapi yang mau menerima keselamatan Allah tersebut.

Rasul Paulus sebagai seorang rasul yang dikhususkan bagi bangsa bukan Yahudi, tetapi bukan berarti Paulus tidak memiliki keinginan bahwa orang-orang Yahudi pun tetap dapat diselamatkan. Oleh karena itu Paulus berharap dengan diselamatkannya bangsa bukan Yahudi dapat membuat bangsa Yahudi cemburu sehingga mendorong mereka untuk kembali dan memelihara keselamatan yang telah di berikan kepada mereka.

Karena bangsa Yahudi merupakan umat pilihan Allah yang murni jadi merekalah yang asli menerima keselamatan sementara bangsa yang bukan Yahudi disebut sebagai umat cangkokan. Karena itu Paulus memberitahukan bahwa sebagai cangkokan maka orang-orang yang bukan Yahudi tidak boleh bermegah atas pengangkatan mereka untuk menggantikan bangsa Israel karena pada saat bangsa yang bukan Yahudi melupakan kemurahan Allah maka mereka pun akan mengalami keadaan yang sama seperti yang dialami oleh bangsa Israel.

Allah memiliki kemurahan tetapi juga kekerasan, Allah juga punya kuasa untuk menempatkan siapa di dalam keselamatan-Nya dan siapa yang tidak. Karena itu hendaklah setiap orang mengetahuinya dan memperhatikannya supaya yang asli dan yang cangkokan dapat tetap bertahan di dalam keselamatan yang telah diberikan Allah.

TAFSIR
Ayat 11-12
Kembali di awali dengan sebuah pertanyaan “Maka aku bertanya” hal ini seperti mengulang apa yang di lakukan Paulus pada ayat yang pertama yaitu dengan mengutarakan pertanyaan kepada jemaat di Roma. Tetapi pertanyaan di ayat 1 adalah menyangkut sikap Allah terhadap umat-Nya sedangkan pada ayat 11 mengenai sikap dari bangsa Israel itu sendiri yang melakukan pelanggaran sehingga harus kehilangan keselamatan walaupun dengan maksud hanya sementara ( lihat ayat 23 ). Dan tujuan Allah membiarkan bangsa Israel melakukan pelanggaran adalah supaya keselamatan dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain yang  pada dasarnya bukanlah umat Allah ( ayat 12 dan 25).

“Pelanggaran” ini adalah merujuk kepada perbuatan orang-orang Yahudi yang tidak percaya kepada Kristus ( ay.12). NKJV  menuliskan kata “pelanggaran” ini dengan “melalui kejatuhan mereka” dan dalam NRSV dituliskan “melalui ketersandungan mereka”. Oleh karena itulah dapat disimpulkan bahwa sikap bangsa Israel yang melakukan pelanggaran adalah merupakan rencana dan kehendak Allah sehingga keselamatan dapat juga diterima oleh bangsa-bangsa yang lain di luar bangsa Israel.

Tujuan lain dari dibiarkannya bangsa Israel melakukan pelanggaran adalah supaya mereka sendiri menjadi “cemburu” melihat bangsa-bangsa lain menjadi umat Allah, sehingga kecemburuan mereka mendorong bangsa Yahudi kembali percaya dan sungguh-sungguh percaya kepada Kristus ( ayat 11,14 ) hal ini di dasari bahwa banyak umat Allah yaitu bangsa Israel yang justru tidak setia menyembah kepada Allah yang telah memilih mereka sebagai umat-Nya. Kata “cemburu” dalam bahasa Yunaninya ” παραζηλόω  yang di beri arti “ to provoke “ yaitu untuk memancing atau merangsang bangsa Yahudi kembali kepada Allah dengan melihat bangsa-bangsa lain percaya kepada Kristus.

Ayat 13-14
Paulus menyampaikan bahwa di diberikan panggilan oleh Kristus untuk menjadi rasul memberitakan Injil memang di khususkan kepada orang-orang bukan Yahudi. Jadi saat bangsa-bangsa lain termasuk orang non-Yahudi menjadi percaya kepada Kristus itu merupakan keuntungan bagi Paulus. Selain itu Paulus berharap dapat benar-benar membuat bangsa Yahudi cemburu atas hasil dari pelayanannya itu (ay.14).

Ayat 15-16
Ayat 15 ini sejajar dengan ayat 12. Karena pada ayat 12 di katakan bahwa pelanggaran bangsa Yahudi memberikan keuntungan bagi bangsa-bangsa lain bahkan dunia, dan di ayat 15 di lanjutkan bahwa kalau pelanggarannya saja dapat memberikan dapat yang besar bagi dunia apalagi apabila bangsa Yahudi menerima Kristus sebagai Mesias, maka dampaknya di samakan dengan “orang mati yang bangkit dari kematiannya”.  Pada ayat 16 menguatkan kembali pengaruh yang dapat di berikan bangsa Yahudi sebagai umat pilihan Allah kepada bangsa-bangsa lain pada saat mereka hidup di dalam Kristus, maka mereka dapat menguduskan semua orang.

Ayat 17-20
Merupakan suatu peringatan yang diberikan kepada bangsa-bangsa yang telah dicangkokkan atau di letakkan pada ranting yang kosong dari tempat yang seharusnya menjadi milik bangsa Yahudi. Tujuan Paulus menuliskan hal ini supaya setiap orang yang telah diberikan keselamatan tidak menjadi sombong dan memegahkan diri dengan menganggap dirinya menjadi lebih baik dari bangsa Yahudi ( ay.19-20 ). Karena Allahlah yang telah memberikan keselamatan itu baik kepada bangsa Yahudi maupun bangsa bukan Yahudi. Karena orang-orang bukan Yahudi adalah merupakan “tunas liar” yang “telah dicangkokkan” oleh Kristus, jadi Kristuslah yang mengerjakannya di dalam hidup bangsa-bangsa bukan Yahudi ( lih. Rom. 11:5-6 bahwa semua karena kasih karunia Allah bukan karena perbuatan manusia).

Ayat 21-24
Dalam ayat 21 Paulus mengingatkan bahwa bangsa Yahudilah sebenarnya yang dipilih menjadi umat Allah dan yang memiliki keselamatan, tetapi mereka yang asli saja ternyata dapat kehilangan hak keselamatan itu apalagi yang hanya cangkokan dapat dengan mudah kehilangan keselamatan apabila menjadi sombong dan tidak menyadari bahwa semua berasal dari kemurahan Allah ( ay.22).

Pada ayat 22 ada dua kata yang di lekatkan pada pribadi Allah yaitu “ kemurahan-Nya “ dan “kekerasan-Nya”. “kemurahan-Nya” dlam bahasa Yunani dituliskan dengan “χρηστότητα” sebagai accusative singular yang berarti bahwa kemurahan ini merupakan objek atau mutlak pemberian Allah dan yang hanya berasal dari Allah dan telah diberikan Allah kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi yang pada awalnya tidak layak menerimanya. Oleh karena itu hanya orang-orang yang tetap dalam “kemurahan-Nya” inilah yang tidak akan dipotong.

Sedangkan kata “kekerasan-Nya” dalam bahasa Yunaninya disebut “ἀποτομίαν “ yaitu kekerasan atau kehebatan Allah apabila memberikan hukuman. Kata ini juga sama dengan kata kemurahan tadi, yaitu sama-sama merupakan objek atau accusative singular yang akan diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang tidak tetap tinggal di dalam kemurahan-Nya itu. Jadi hal ini hendak menegaskan bahwa Allah tidak pernah dapat di permainkan oleh siapapun baik orang Yahudi maupun non-Yahudi, semuanya sama di mata Allah ( lihat Rom. 2:11). Sama bagi siapa saja yang layak menerima kemurahan-Nya dan sama bagi siapa saja yang harus menerima kekerasan-Nya.

Ayat 23-24
Sebuah harapan yang tetap diberikan kepada bangsa yang menerima “kekerasan-Nya” yaitu bangsa Yahudi sebagai umat Allah asli dan awal, bahwa mereka masih dapat di cangkokan atau di masukkan kembali ke dalam “kemurahan-Nya” pada saat mereka mau kembali percaya dan menerima kemurahan Allah. Karena menarik serta memberikan kemurahan-Nya sepenuhnya berada di dalam kuasa Allah. Pada ayat 24, jelas sekali terlihat bahwa umat Allah yaitu bangsa Yahudi tetap menjadi umat yang memiliki kekhususan di hadapan Allah sehingga bangsa non-Yahudi diingatkan tidak boleh sombong karena telah menerima kemurahan-Nya.


MAKNA TEKS
Paragraph ini berbicara mengenai bahwa umat Israel sebagai umat Allah bisa kehilangan keselamatan mereka apabila mereka tidak tetap tinggal di dalam kebenaran dan kemurahan Allah. Tetapi sebaliknya bangsa-bangsa lain yang seharusnya tidak memiliki hak keselamatan justru dapat menggantikan posisi bangsa Israel dari yang tidak diselamatkan menjadi bangsa yang diselamatkan. Semuanya tergantung kepada apakah bangsa-bangsa baik Israel maupun bangsa lain mau menerima kemurahan Allah. Dan siapapun yang menerimanya tidak boleh menyombongkan dirinya karena kemurahan Allah itu sepenuhnya milik Allah yang “diberikan-Nya “ kepada  yang tetap tinggal di dalam-Nya dan Allah juga dapat mengambil kembali kemurahan-Nya dan memberikan kepada yang lain sekehendak hati-Nya.

APPLIKASI
Kita juga merupakan umat cangkokan bukan yang asli yang telah menerima kemurahan Allah oleh karena itu  tidak ada alasan untuk menyombongkan diri atas apapun. Tetapi Allah menghendaki kita dapat tetap tinggal di dalam kemurahan-Nya.

PASAL 11:25-36
Ayat 25: dalam ayat ini Paulus mengatakan:
“Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk

Kata “saudara-saudara” dalam ayat ini ditujukan Paulus kepada orang-orang non-Yahudi. Perkataan ini disampaikan Paulus untuk menasihatkan mereka agar tidak berbangga diri atau menganggap diri pandai ( lihat ayat 18-21 ), oleh karena mereka telah memperoleh keselamatan.

Kata “pandai” dalam bahasa Yunani dapat diterjemahkan “ jangan mengandalkan dirimu”, yaitu supaya mereka menyadari dengan benar bahwa keselamatan mereka bukan karena kebaikan mereka tetapi semata-mata karena kemurahan Allah ( ayat 22 ).

Paulus menambahkan dengan kalimat “ agar kamu mengetahui rahasia ini “. Kata “rahasia” ini adalah bahwa supaya orang-orang non-Yahudi mengetahui bahwa mereka memang bukanlah cabang yang asli melainkan hanya cangkokkan, karena cabang yang asli adalah orang Israel. Atau dapat disebut dengan “Predestinasi” yang berarti bahwa Allah yang telah menetapkan siapa yang diselamatkan ( merupakan ketentuan Tuhan ) dan hal ini menunjuk kepada umat-Nya yang telah dipilih-Nya ( baca ayat 2). Tetapi ketetapan Allah ini tidak menjadi alasan bagi Israel untuk hidup secara bebas tetapi tetap ada dalam Firman Allah ( baca pasal 10:21 dan pasal 11:4 ).

Di ayat 26, Paulus mengatakan, “Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: "Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub.”

Kalimat “dengan jalan demikian “ menunjuk kepada hal yang dituliskan pada ayat 25 di atas yaitu “sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk”, maka seluruh Israel akan diselamatkan ( ayat 26a).

Tetapi perlu dipahami bahwa apa yang hendak disampaikan Paulus ini bukanlah berarti bahwa semua orang Israel memang akan selamat bagaimanapun kehidupan mereka di hadapan Tuhan. Tetapi yang hendak disampaikan Paulus adalah bahwa umat Israel yaitu keturuan Yakub secara jasmani akan diselamatkan tetapi bagi mereka yang tidak hidup di dalam kefasikan, itulah mengapa Paulus menguti Yesaya 59:20 “Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub “. Karena konteks Yesaya 59 sedang membicarakan kebebalan Israel (mulai ayat 2), tetapi ada janji Allah bagi umat-Nya mulai ayat 19 yang disusul dengan ayat 20 bahwa Allah akan datang sebagai Penebus untuk Sion dan bagi orang-orang Yakub (Israel) yang bertobat dari pemberontakannya.

Dan ayat 27, “Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka, menjadi bukti bahwa itu memang merupakan janji Allah kepada umat-Nya, yaitu bahwa Allah yang akan menyingkirkan kefasikan dari mereka dan yang akan menghapuskan dosa-dosa mereka. ayat 28 : “mengenai Injil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang”.  

Paulus hendak menyampaikan kepada orang-orang non-yahudi bahwa memang penolakan Israel terhadap injil menyebabkan Israel menjadi seteru Allah dan dengan demikian memberikan kesempatan bagi mereka ( non-Yahudi) untuk memperoleh kemurahan Allah. Tetapi disisi lain orang-orang non-yahudi tidak bisa menolak bahwa Israel adalah umat yang dipilih Allah   

Kalimat “mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang” Ini adalah janji dari Kel 20:5-6 dan Ul 5:9-10 dan 7:9. Keluarga-keluarga diberkati karena iman dari generasi sebelumnya. Israel diberkati karena kesetiaan nenek moyang mereka (Ul 4:37; 7:8; 10:15). Akan hal Mesias datang dari Yudea juga merupakan janji kepada Daud (II Sam 7). Namun demikian, harus dinyatakan bahwa bahkan “orang yang setia” tidak mampu untuk melakukan hukum Taurat sepenuhnya (Yeh 36:22-36). Iman—iman pribadi, iman keluarga, namun bukan iman yang sempurna—bisa diterima oleh Allah dan mungkin diteruskan melalui keluarga-keluarga (lih. I Kor 7:8-16).

11:29 Lagi dalam konteks “seluruh” harus dilihat dari dalam sudut pandang ay 12 dan 25-26. Tidak semua orang akan menanggapi penawaran Allah, namun semua dicakup dalam lingkupan penebusan (lih. 5:12-21; Yoh 3:16).

Ini tidak menunjuk pada karunia rohani kepada individu-individu his (lih. I Korintus 12), tetapi kepada janji Allah akan keselamatan, PL dan PB. Pemilihan bersifat efektif. Kesetiaan Allah adalah pengharapan bagi bagsa Israel

11:30-32 Ayat-ayat ini adalah ringkasan dari rencan-rencana dan maksud Allah:  selalu didasarkan atas kemurahanNya 9:15-16, Allah telah menghakimi semua manusia. Yahudi maupun bukan Yahudi telah penuh dengan dosa lih. 3:9, Allah telah menggunakan kebutuhan dan ketidak mampuan manusia sebagai suatu kesempatan untuk menunjukkan kemurahan pada seluruh umat manusia Lagi dalam konteks “seluruh” harus dilihat dari dalam sudut pandang ay 12 dan 25-26. Tidak semua orang akan menanggapi penawaran Allah, namun semua dicakup dalam lingkupan penebusan (lih. 5:12-21; Yoh 3:16).

Diawali di ayat 33, Paulus mengatakan, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” Kalimat pertama dalam ayat ini memiliki beragam makna terjemahan. King James Version menerjemahkan, “O the depth of the riches both of the wisdom and knowledge of God!” Di sini, kita belajar bahwa Paulus menekankan begitu dalamnya: kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah.

Apa yang dimaksudkan Paulus dengan tiga kata kunci ini? Pertama, dalamnya kekayaan Allah. Kata “kekayaan” dalam ayat ini diterjemahkan riches dalam Alkitab terjemahan Inggris. Kata Yunaninya adalah ploutos bisa diterjemahkan kepenuhan (fulness). Dengan kata lain, di titik pertama, Paulus menekankan akan kepenuhan Allah. Apa yang dimaksud dengan kepenuhan Allah? Kepenuhan Allah berarti Allah itu begitu penuh, limpah, dan kaya dengan segala macam anugerah-Nya bagi kita. Jika kita mencoba membayangkan makna penuh dan kaya, kita akan mendapatkan gambaran pengertian yang lebih melimpah. Kaya atau penuh bukan secara materi, tetapi secara kualitas. Ketika air minum di dalam gelas dikatakan telah penuh, berarti tidak ada satu inci pun di gelas tersebut yang bisa diisi air. Begitu juga dengan kepenuhan atau kekayaan Allah. Allah yang penuh berarti tidak ada satu inci pun yang kurang pada diri Allah. Dengan kata lain, di dalam Dia ada kesempurnaan yang kepada-Nya kita menaruh iman dan pengharapan.

Kesempurnaan-Nya inilah yang diajarkan Paulus berikutnya di ayat ini, yaitu bahwa keputusan-keputusan-Nya tak terselidiki dan jalan-jalan-Nya tak terselami. Allah yang sempurna (penuh) adalah Allah yang memiliki keputusan dan jalan yang sangat berbeda dari manusia (bdk. Yes. 55:8). Kata “keputusan” di sini di dalam KJV diterjemahkan judgment (penghakiman), di mana bahasa Yunaninya adalah krima (yang mungkin ada hubungannya dengan kriminal). Mengapa Allah yang sempurna adalah Allah yang memiliki keputusan yang tak terselidiki dan jalan yang tak terselami? Karena keputusan dan jalan Allah selalu bersifat kekekalan, sedangkan keputusan dan jalan manusia selalu bersifat kesementaraan. Dalam konteks ini, Paulus ingin: pertama, mengingatkan baik orang Yahudi maupun non-Yahudi melihat akan kesempurnaan Allah yang keputusan (penghakiman) dan jalan-Nya sangat luar biasa dan dahsyat, dan bukan melihat pada kehebatan diri. Ketika manusia melihat terus pada kesempurnaan Allah, pada saat itulah manusia semakin sadar kelemahan dirinya.

Kedua, Paulus juga ingin mengingatkan adanya kaitan erat antara predestinasi dengan respon pertama yang tepat yaitu kagum akan kedalaman kekayaan/kepenuhan Allah. Ketika seseorang telah dipilih Allah menjadi umat-Nya, respon yang paling tepat sebagai orang yang telah dipilih adalah kagum akan kesempurnaan Allah. Tetapi berapa banyak kita melihat realita baik dari jemaat Kristen maupun pemimpin gereja, setelah mereka mengetahui doktrin predestinasi/pemilihan Allah, mereka banyak yang tidak setuju dan bahkan menolak, karena dianggap itu pilih kasih atau Allah tidak adil? Realita yang tidak bertanggungjawab ini BUKAN respon orang Kristen yang beres dan tepat, karena jika kita berlaku demikian, kita sedang mempertanyakan Allah itu sendiri yang berdaulat (bdk. Rm. 9:12-21). Respon yang benar setelah kita merenungkan kedaulatan Allah di dalam pemilihan/predestinasi ini, kita semakin kagum akan kesempurnaan Allah dan bersyukur.

Kedua, dalamnya hikmat Allah. Kata “hikmat” dalam bahasa Yunani sophia artinya kebijaksanaan (wisdom). Poin kedua yang bisa kita pelajari adalah tentang dalamnya hikmat Allah. Apa itu hikmat? Apakah orang yang memiliki hikmat identik dengan orang pandai? TIDAK! Orang pandai belum tentu berhikmat, tetapi orang berhikmat bisa pandai. Dunia lebih memerlukan orang berhikmat ketimbang orang pandai, karena orang pandai hanya tahu teori, tetapi orang berhikmat tahu teori dan praktik. Lalu, hikmat itu sumbernya dari mana? Tentu dari Allah.

Allah memberikan hikmat kepada manusia sebagai peta dan teladan Allah. Tetapi dosa mengakibatkan hikmat manusia menjadi rusak total, akibatnya hikmat yang seharusnya dipakai untuk memuliakan Allah di dalam memutuskan segala sesuatu akhirnya menjadi hikmat yang menguntungkan diri sendiri. Itulah sebabnya, Kristus diutus menebus dosa manusia. Kristus bukan hanya menebus dosa manusia saja, tetapi Ia juga mengembalikan manusia kepada natur aslinya demi kemuliaan-Nya. Itu sebabnya, dalam memulihkan natur asli manusia, Ia (Kristus) adalah hikmat kita (bdk. 1Kor. 1:30; Kol. 2:3).

Dengan menaruh sumber hikmat kita pada Kristus dan firman-Nya (Alkitab), kita akan mendapatkan hikmat sejati yang datang dari Allah, bukan dari manusia. Melalui firman-Nya ini, kita juga mendapatkan hikmat bahwa Allah adalah Sumber Hikmat yang jauh lebih berhikmat dari manusia yang sebenarnya tidak berhikmat secara sempurna. Dia yang adalah Sumber Hikmat memberikan hikmat itu kepada kita yang adalah umat pilihan-Nya untuk menangkap hikmat Allah meskipun samar-samar. Dalam konteks ini, kita mendapatkan betapa dahsyat hikmat Allah yang mengajar kita akan predestinasi Allah.

 Di ayat 35 , Paulus mengatakan, “Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?” Terjemahan KJV, “Or who hath first given to him, and it shall be recompensed unto him again?” Di sini, kita belajar bahwa karena hikmat bersumber dari Allah, maka tidak ada satu orang pun yang layak memberikan petunjuk hikmat kepada Allah, lalu kita berani menagih balik hak kita setelah kita “mengajari” Allah! Bagaimana dengan kita? Kita seringkali merasa diri berhikmat. Orang yang memiliki hikmat sejati diukur dari seberapa dalam, setia, taat, jujur, kita menaklukkan diri kita yang berdosa ini ke bawah kedaulatan Allah di dalam Alkitab. Orang yang berhikmat sejati ditandai oleh suatu ciri bahwa orang itu bisa membedakan dengan tegas manakah kehendak Allah dengan kehendak manusia: yang baik vs yang tidak, yang berkenan kepada Allah vs yang tidak berkenan, yang sempurna vs fana/tidak sempurna (Rm. 12:2).

Ketiga, dalamnya pengetahuan Allah. Kata “pengetahuan” dalam bahasa Yunani gnōsis yang berarti pengetahuan (knowledge). Bukan hanya kesempurnaan dan hikmat, Allah juga memiliki pengetahuan yang luar biasa. Ketika dunia berdosa menawarkan segala macam pengetahuan dunia, maka Paulus “menawarkan” dan mendorong kita bukan melihat pengetahuan dunia terlalu banyak, tetapi melihat pengetahuan Allah yang Mahadahsyat. Allah yang memiliki pengetahuan jauh melampaui manusia adalah Allah yang memiliki totalitas pemikiran dan kehendak yang jauh di atas manusia. Apa perbedaannya? Pertama, pemikiran Allah selalu bersifat kekekalan, sedangkan pikiran manusia selalu sementara sifatnya. Allah selalu memikirkan hal-hal yang kekal, bukan kesementaraan, karena Allah itu sendiri pada diri-Nya kekal. Kekekalan Allah ini ditunjukkan dengan dipilih-Nya beberapa manusia untuk menjadi anak-anak-Nya. Bukan hanya itu saja, Allah yang kekal adalah Allah yang memelihara umat-Nya baik di dalam keselamatan maupun kehidupan sehari-hari. Di dalam memelihara inilah, kadang-kadang Allah memakai cara-cara yang di luar pikiran manusia. Ia menguji manusia melalui penderitaan, kesakitan, bahkan penganiayaan. Semuanya itu membuktikan Allah memelihara iman umat-Nya sehingga umat-Nya bukan menjadi umat yang manja, tetapi menjadi umat pilihan-Nya yang dewasa secara rohani. Lalu, bagaimana dengan pikiran manusia? Manusia selalu berpikir pendek. Melihat sesuatu tampak sulit, manusia sudah marah, putus asa, dll, sehingga jalan pikirannya selalu sementara sifatnya. Tetapi puji Tuhan, umat pilihan-Nya dimungkinkan memiliki pikiran Allah (meskipun tidak sempurna), di mana mereka tidak perlu putus asa dan khawatir ketika menghadapi penderitaan, melainkan mereka terus berharap hanya kepada Allah yang memiliki pengetahuan tak terbatas.

Di ayat 36, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Kemuliaan Allah sajalah yang menjadi sasaran/fokus penting keselamatan dalam pemilihan/predestinasi Allah bagi umat-Nya di dalam Kristus.

Kemuliaan Allah ini diuraikan Paulus di dalam tiga prinsip:
Pertama, segala sesuatu adalah dari Allah. Dari Allah, berarti segala sesuatu bersumber dari Allah. Sumber segala sesuatu adalah Allah. Sumber pemilihan atas beberapa orang untuk menjadi anak-anak-Nya itu adalah dari Allah, bukan dari apa yang manusia perbuat! Lebih tajam lagi, pemilihan adalah anugerah Allah yang berdaulat! Bagaimana dengan kita? Prinsip ini bisa diimplikasikan pada kehidupan kita sehari-hari. Kalau dikatakan bahwa segala sesuatu adalah dari Allah, itu berarti apa yang kita punya, baik harta, kepintaran, hikmat, bahkan pengertian rohani dari Alkitab yang kita dapatkan semua berasal dari Allah. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk sombong atau memegahkan diri kalau kita memilikinya semua itu. Agar kita tidak memegahkan diri, biarlah kita membagikan apa yang ada pada kita kepada orang lain sebagai berkat, sehingga orang lain juga melihat kedahsyatan Allahkita.

Kedua, segala sesuatu adalah oleh Allah. Kata “oleh” seharusnya diterjemahkan melalui (through). Dalam konteks ini, “segala sesuatu adalah oleh/melalui Allah” berarti pemilihan Allah bukan hanya bersumber dari Allah, tetapi juga dipelihara oleh Allah. Ini membuktikan pemeliharaan Allah. Allah yang telah memilih, Ia juga yang akan memeliharanya sampai pada kesudahannya, karena Ia adalah Alfa (Yang Awal) dan Omega (Yang Terakhir). Sehingga, kita tidak perlu khawatir kehilangan keselamatan, karena jika kita termasuk umat pilihan-Nya, pada saat itu juga, kita beriman bahwa Allah yang telah memulai keselamatan, Ia pula-lah yang akan menyempurnakannya. Konsep ini juga bisa diimplikasikan di dalam hidup kita. Kalau di poin pertama, kita belajar bahwa segala sesuatu adalah dari Allah yang artinya kita tidak perlu sombong akan apa yang kita miliki, maka di poin kedua, kita belajar bahwa apa pun yang kita miliki ini dari Allah dipergunakan oleh Allah sebagai sarana mempertumbuhkan iman kita. Tuhan memakai harta kita untuk mencukupi kehidupan kita, dan juga untuk melayani-Nya (dikaitkan dengan poin ketiga, nantinya).

Tuhan memakai iman dan pengertian kita akan firman-Nya sebagai sarana untuk menghindarkan kita dari tamak uang, dan cinta diri. Tuhan memakai pasangan kita untuk mengingatkan kita akan kelemahan kita dan kembali kepada Tuhan. Tuhan bisa memakai siapa pun yang ada di dekat kita untuk mengingatkan kita. Bagaimana dengan kita? Kita pun bisa dipakai oleh-Nya sebagai sarana berkat-Nya.

Ketiga, segala sesuatu adalah bagi Allah. Di dalam konteks ini, kita belajar bahwa pemilihan Allah berasal dari Allah, dipelihara oleh Allah, maka secara otomatis, ujungnya harus berakhir pada kemuliaan bagi Allah itu sendiri sebagai Sumber dan Pemelihara. Allah sebagai Sumber dan Pemelihara, Dia-lah yang juga harus menerima pujian, hormat, dan kemuliaan.

Demikian pemaparannya jangan lupa baca juga Eksposisi Mazmur 73. God Bless

0 Response to "TAFSIR ROMA 11 '' Pemilihan Allah''"

Posting Komentar