Sifat-sifat Alkitab

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Pada masa ini banyak orang yang meragukan Alkitab sebagai Firman Tuhan. Para ahli berpendapat bahwa Alkitab hanyalah sebuah karya sastra yang sama dengan buku-buku sejarah lainnya. Ini menyebabkan banyaknya polemik dan perdebatan tentang hal itu. Namun secara iman Kristen mengakui bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang hidup yang berisi tentang pegangan hidup orang Kristiani.
            Di zaman modern sekarang ini pasti banyak yang bertanya tentang Alkitab, bahkan banyak yang mengatakan bahwa Alkitab yang ditulis sekarang telah diperbaharui dari Alkitab yang sebenarnya atau palsu. Ini merupakan pandangan yang telah di konsumsi banyak orang termasuk orang-orang non Kristen, dan ini bisa berdampak buruk jika tidak bisa memberikan jawaban dengan baik dan tepat.
            Disinilah saya akan memaparkan pandangan-pandangan tentang alkitab dan proses terjadinya Alkitab sehingga kita dapat memastikan bahwa Alkitab itu Firman Allah yang eksis sampai kesudahan zaman.
Rumusan Masalah
1.      Pengertian Alkitab?
2.      Bagaimana pembentukannya?
3.      Apakah Alkitab itu Firman Allah?
4.      Apa Sifat-sifat Alkitab?
Tujuan dan Manfaat
Makalah ini di buat untuk memberikan pengertian bahwa Alkitab merupakan Firman Allah yang menjadi patokan kehidupan orang-orang Kristen.

BAB II
1.      Pengertian Alkitab
Alkitab dalam bahasa Inggris disebut "Bible". Kata tersebut berasal dari bahasa Gerika (Yunani), "Biblos" yang artinya buku atau kitab. "Ta Biblia", "Biblion" (bentuk jamak – buku-buku atau kitab-kitab).  Alkitab adalah kumpulan kitab yang terdiri dari 66 kitab yang diproses melalui apa disebut KANONISASI. Kanonisasi dari kata "Kanon" artinya "standar" atau "norma" atau "peraturan”. Jadi Alkitab adalah tulisan yang memenuhi standar.
2.      Bagaimana pembentukannya?
Kanonisasi (Canonicitas) adalah proses menyusun kitab-kitab dalam Alkitab untuk dapat diakui sebagai Firman Tuhan yang dapat mejadi pedoman hidup bagi manusia secara universal. Hal ini terjadi karena Alkitab bukanlah kitab yang turun dari langit. Tetapi Alkitab ditulis oleh banyak orang sehingga harus digumuli manakah kitab yang sungguh-sungguh ilham Roh Kudus dan diakui sebagai Firman Tuhan. Pada awalnya jemaat Kristen pada kebaktian hanya membaca kitab PL saja, namun kemudian ditambahkan beberapa surat dari Rasul yang dianggap memiliki nilai sama seperti pada PL. Uskup Pertama yang menyusun daftar Kitab Kanon adalah Athanasius Alexandria.
Proses Kanonisasi adalah karya Roh Kudus, karena bukan manusia yang memiliki otoritas untuk mengesahkan apakah suatu kitab adalah Firman Tuhan atau bukan. Tetapi adalah Alkitab sendiri yang mengesahkan dirinya sebagai Firman Allah dalam hati orang Percaya. Pada Perjanjian Lama, pengkanonan harus memenuhi standard: Ditulis oleh Nabi Tuhan yang dinyatakan dalam Alkitab sebagai Nabi yang benar. Kitab yang selalu dibaca pada pertmuan orang Yahudi. Sudah terbukti digunakan Yesus sebagai referensi dalam khotbahNya.Pada Perjanjian Baru, pengkanonan harus memenuhi standard:
·        Ditulis Rasul - Rasul Tuhan yang menjadi saksi mata langsung. 
·        Tidak bertentangan dengan Wahyu Tuhan pada Perjanjian Lama. 
·        Berpusat pada Kristus.
·        Diakui oleh bapa-bapa gereja

3.      Apakah Alkitab itu Firman Allah?

         Salah satu keyakinan untuk menyatakan keyakinan bahwa Allah sendirilah yang berbicara dalam Alkitab, adalah dengan menyebut Alkitab sebagai  “Firman Allah” konsep ini terdapat dalam Alkitab sendiri. Perjanjian lama berbicara  tentang firman Allah yang kreatif ( Kej 1:11,Maz 33:6), hikmat Allah yang dianggap  berpribadi  (Ams 8) yang adalah  wahanan aktivitas Allah  (Yes 55:11), Yesus memyebut perjanjian lama sebagai “ Firman Allah”  (Mark 7:13, Yoh 10:35) dan para rasul berbuat demikian pula ( misalnya Kis 6:4, Rm 9:6 Ibr 4:12 Istilah Firman juga dipakai untuk Yesus sendiri ( Yoh 1:1,14; 1 Yoh 1:1; Wah 19:13).

Dalam kebudayaan yunani  klasik, kata logos (firman) diartikan sebagai prinsip rasional yang mempersatukan semesta alam . pada dasarnya logos menyampaikan pikiran tentang karya Allah untuk menyatakan diri orang Kristen menggunakan istilah ini untuk keseluruhan Alkitab, karena ingin mengikuti sikap Yesus terhadap perjanjian lama.

ü  Allah sendiri menyapa manusia melalui Alkitab

Banyak orang Kristen mengakui Alkitab sebagai firman Allah, terutama karena Allah sendiri berbicara kepada mereka melalui Alkitab itu. Ia berbicara dengan kata-kata Alkitab sedemikian rupa sehingga tiap keraguan mengenai asal. Sifat serta wewenang ilahinya hilang sama sekali. Akhirnya,hanya Allah yang dapat menjadi saksi yang memadai bagi diriNya sendiri. Segala kesaksian lain, seperti bukti sejarah ataupun kesimpulan filsafat hanya mempunyai nilai sekunder.

ü  Penyataan dalam bentuk kata-kata

Penegasan bahwa Allah telah berbicara melalui kta-kata dalam Alkitab  adalah sesuai dengan perkiraan Kristen akan adanya Allah yang tidak diciptakan,yang berpribadi. Ia sanggup sepenuhnya untuk berkomunikasi dengan makhluk milik-Nya yang rasional dan yang dapat berbicara, pada tingkap daya tangkap mereka sendiri, yaitu dengan bahasa.

ü  Kata-kata dan ajaran Yesus

Yesus jelas yakin bahwa kata-kataNya bekuasa dan berwewenang secara unik ( Yoh 6:63 15) kata-kataNya  tidak akan berlalu ( Mrk 13:31) dan harus didengar dan ditaati (Mat 5:21-22; 7:24; Yoh 8:31-32). Para rasul mengakui kuasa ilahi kata-kata Yesus (( Kis 20:35; 1 Kor 7:10; 11:23-24) 1 Timotius 5:18 sangat berarte dalam hubungan  ini karena  menggabungkan ayat dalam perjanjian lama ( Ul 25:4) dengan ayat dari  ajaran Yesus ( Luk 10:7), sebagian kitab suci yang berwenang dua ayat itu dianggap mempunyai kuasa  ilahi yang sama dan masing-masing mengungkapkan pikiran dan kehendak Allah. Penghormatan para rasul terhadap kata-kata Yesus juga ditunjukkan dengan adanya empat kitab injil.[1]

4.       Sifat-sifat Alkitab

Kita akan meninjau satu-satu sifat-sifat Alkitab, agar menjadi lebih terang. Tetapi janganlah lupa, sifat-sifat Alkitab hanya mengenai tujuannya, yaitu agar manusia percaya kepada Yesus Kristus Anak Allah (Yoh 20:31).
1.      Alkitab tidak mungkin keliru /salah
Alkitab di ilhamkan/diwahyukan oleh Allah dan tidak mungkin keliru, tidak keliru dalam pernyataanya tentang keselamatan. Roh Kudus memakai orang-orang untuk menuliskan wahyu Allah meskipun mereka orang-orang berdosa dan penuh kelemahan, tetapi Roh Kudus memakai mereka sepenuhnya dengan akal budinya, dan  hatinya. Roh Kudus menuntun penulis-penulis kitab sehingga tidak ada kekeliruan. Roh kudus memakai orang-orang dengan pandangan-pandangan yang di mengerti oleh semua orang ( 2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:21)[2].  Hal ini dapat dibuktikan secara indultif maupun deduktif. Deduktif (dipakai oleh kaum inerrantis ‘’ pranggapan bahwa Allah adalah sempurna)  dibuktikan bahwa Allah adaah benar  dan Allah mengilhamkan Alkitab, Alkitab tidak dapat salah. Sementara itu secara induktif (di pakai oleh non-inerrantis ‘’ memulai dengan membaca Alkitab sampai kepada kesimpulan bahwa Alkitab yang ada sekarang ini mengandung banyak kesalahan) dibuktikan oleh sikap kristus sendiri terhadap Alkitab seperti tampak dalam ajarannya (Mat 4:1-11 ; 5:17-18; 22:23-33, 41-46, dan Yoh 10:31-38). Dalam pengajarannya Alkitab tidak bisa dibatalkan dan tidak ada satu janjipun yang takkan tergenapi.[3]
2.      Alkitab adalah Syarat Mutlak (Necessitas)

Kemutlakan ini berhubungan dengan yang dimaksudkan Allah di dalam memberikan  kitab suci, yaitu agar orang dapat mengenal Tuhan dan kehendak-Nya. Alkitab sebagai sumber segala kitab dan segala perkataan yang memberi pengenalan tentang Allah dan kehendak-Nya. Alkitab Tidak mungkin salah karena disini bukan menyangkut penulisan secara hurufiah dan kata-kata yang mungkin bisa meleset oleh karena keterbatasan pola pikir manusia, tetapi tidak mungkin salah disini adalah menyangkut ESENSI KEBENARAN yang ada pada Alkitab. maka itu Alkitab menjadi syarat MUTLAK bagi setiap orang Percaya, sehingga kebenaran yang tidak selaras dengan Alkitab harus ditolak dengan tegas. Ketepatan Alkitab telah teruji dalam hal KEGENAPAN setiap nubuat-nubuatnya.

3.      Alkitab adalah berkuasa atau berwibawa

Istilah kewibawaan atau otoritas adalah terjemahan dari bahasa latin ‘’auctor’’ yang berarti: pengatur, pencipta, sumber, pengarang. Menurut kamus umum, istilah kewibawaan sering dipakai dalam bidang pemerintahan maupun organisasi, yang diberi arti’ kekuasaan atau hak memberi perintah yang harus ditaati’’. Sedangkan menurut Alkitab, kewibawaan Alkitab berasal dan bergantung sepenuhnya kepada kewibawaan Allah. Kata dasar yang dipakai oleh PB adalah exousia, yang berasal dari kata kerja impersonal exesti dan berarti ‘’hukum’’. Jadi kewibawaan berarti ‘ hak untuk memutuskan atau kuasa untuk menyampaikan suatu keputusan. Jika dikenakan kepada diri Allah maka kewibawaan berarti ‘’kedaulatan dan kuasa Allah untuk memerintah baik manusia maupun selurh tatanan ciptaan’’. Ada tiga sumber kewibawaan: akal, intuisi, tradisi, dan ilham.

Beberapa model dalam pemahaman tentag kewibawaan Alkitab.

·        Model institusional ialah kewibawaan yang diciptakan dalam satu lembaga (institusi) contoh dalam gereja katolik

·        Model Legalistik ialah kewibawaan yang diciptakan di dalam seperangkat hokum. Contoh orang-orang farisi dan ahli taurat dalam penafsiran Hukum Taurat.

·        Model Personal yaitu kewibawaan di dalam diri seseorang. Contoh kewibawaan Alkitab yang dilihat sebagai kewibawaan Allah.

Kita dapat melihat bukti-bukti tentang kewibawaan Alkitab

·        Kesatuan Alkitab : alkitab ditulis oleh 40 orang lebih dan hidup secara terpisah serta dari latar belakang yang berbeda, tempat, waktu, budaya, pendidikan, keadilan dan keahlian. Alkitab ditulis juga dari tiga bahasa ibrani, Yunani, dan Aram. Namun berita atau isi yang disampaikan yaitu berpusat kepada Yesus Kristus. Program penyelamatan Allah yang dilakukan oleh Kristus merupakan berita dari PL yang digenapi PB (Ibr. 8:5-7; 9:15; 10;1-2)

·        Kesaksian Alkitab. Dapat kita lihat dari Perjanjian Lama Kewibawaan Alkitab dibuktikan dengan penyataan-penyataan ‘’ Lalu Tuhan berfirman, dan ‘’ demikianlah Firman Tuhan. 9Kle 4:14-16). Perjanjian Baru Kewibawaan Alkitab didasarkan atas dua syarat: ditulis oleh seorang rasul Yesus dan dipakai oelh gereja mula-mula. Selain itu kesaksian Yesus sendiri, Firman yang menjelma jadi manusia (Yoh 1:1, 14) juga membuktikan kewibawaan Alkitab. Tuhan Yesus mengetahui dan mengesahkan bahwa Alkitab adalah Firma Allah yang diilhamkan Alla sendiri, yang karenanya beribawa. Pemilihan para Rasul dan turunya Roh Kudus membuktikan pengilhaman dan kewibawaan perjanjian Baru.[4]

4.      Alkitab adalah cukup (Sufficientia)

Alkitab tidak boleh dan tidak perlu ditambah lagi ataupun dikurangi. Alkitab mampu menjawab segala kebutuhan manusia akan Allah dan segala pertanyaan mengenai kehendak-Nya bagi manusia[5]. Namun Alkitab tidak cukup untuk menjadi sumber informasi bagi ilmu pengetahuan manusia atau sumber informasi sejarah karena Alkitab tidak ditulis untuk maksud itu. Namun Alkitab terlalu cukup untuk menjelaskan tentang Allah. Sekali lagi dari Alkitab saja manusia bisa kenal siapa itu Tuhan. Karena kecukupannya ini maka tidak perlu lagi ada wahyu atau kitab lain di luar ke-66 kitab dalam Alkitab (wah. 22:18-19).

5.      Alkitab adalah jelas/terang
Gereja mengakui bahwa Allahlah yang menjadi penulis Alkitab. Dan gereja-gereja reformasi berpendapat bahwa Alkitab adalah jelas memang banyak hal yang tidak terang, akan tetapi jalan keselamatan jelas digambarkan, sehingga Alkitab terbuka bagi tiap orang yang pandai maupun yang bodoh, yang terpelajar maupun yang tidak terpelajar Firman Tuhan menjadi pelita bagi kakiku  kita dan terang bagi jalan kita ( Maz 119:105,.130)[6]. Dengan hidup sesuai Alkitab, manusia tidak akan berjalan dalam kegelapan. Ia tidak perlu meraba-raba untuk mencari kehidupan yang baik. tidak ada kehidupan yang lebih baik bagi manusia daripada yang ditawarkan Alkitab.

BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN
PENUTUP

            Dari pemaparan tentang sifat-sifat Alkitab, kita dapat memastikan bahwa Alkitab merupakan Fiman Allah yang memiliki otoritas. Alkitab memang sebuah Karya Ilmiah namun tidak sama dengan Karya Ilmiah lainnya karena Alkitab di inspirasikan atau di wahyukan oleh Allah kepada manusia dan Roh kudus membimbing/menuntun orang-orang yang dipilih Allah untuk menuliskan Alkitab. Lkitab masih relevan sampai kapanpun sebab Alkitab adalah perkataan Allah yang kekal yang tidak berkesudahan sampai akhir zaman/ sampai kedatangan-Nya yang kedua kali.
KESIMPULAN

            Kita bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa dengan mengerti sifat-sifat Alkitab kita dapat memberitahukan atau menyampaikan kepada semua orang yang meragukan tentang Alkitab sebagai Firman Allah. Dengan demikian implikasi dari mengetahui sifat-sifat Alkitab bisa terlaksana dengan baik sehingga tidak ada masalah yang besar, sebab walaupun ada yang akan menggoyahkannya tidak akan goyah sebab telah tertanam di dalam setiap hati orang-orang. Sifat-sifat Alkitab ini juga mengajarkan kita untuk selalu menjadikan Alkitab menjadi patokan hidup sebab itu adalah perkataan Allah yang mengarahkan kita kepada keselamatan di dalam Yesus Kristus, serta menjadi tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Milne Bruce. 1993. Mengenali Kebenaran, Jakarta : BPK Gunung Mulia
Soedarmo.2009. Ikhtisar Dogmatika. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Indra Ichwei G. 2010. Teologi Sistematis. Bandung: Lembaga Literatur Baptis
BPH GBI. 2012. Pengajaran dasar GBI. Jakarta: Departemen Theologia Badan pekerja Harian GBI.
Hadiwijono Harun. 2006. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia





[1] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta :BPK Gunung Mulia.1993) hal 46
[2] Dr. R. Soedarmo. Ikhtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) Hal 79
[3] Ichwei G. Indra. Teologi Sistematis (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2010) hal 40-41
[4] Ichwei G. Indra. Teologi Sistematis (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2010) hal 45-48
[5] BPH GBI, Pengajaran dasar GBI (Jakarta: Departemen Theologia Badan pekerja Harian GBI, 2012) Hal 26
[6]  Harun Hadiwijono. Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006) hal 37-70.

0 Response to "Sifat-sifat Alkitab"

Posting Komentar